Kejadian Super Volcano Di Indonesia

Tuesday, August 26, 2008

Krakatau dibanding dengan Super Vulcano tersebut gak ada apa-apanya, tapi karena Krakatau meletus di saat dunia sudah modern, juga catatan sejarah mengenai Krakatau lebih banyak ketimbang Super Vulcano yang meletus ribuan tahun sebelumnya mambuat Krakatau terlihat paling dahsyat.

Mulai dari Pulau Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, Maluku Sulawesi dan terus ke Philipina, Taiwan, Jepang, Siberia, Alaska, Amerika Utara hingga Amerika Selatan dan seterusnya hingga menjadi Pegunungan yang berderet berdasarkan lempeng bumi sepanjang pasifik atau lebih dikenal dengan istilah "Ring of Fire"

Gunung Toba, Sumatra, Indonesia


Gunung Toba adalah super volcano yaitu gunung aktif dalam kategori sangat besar, meletus terakhir sekitar 74.000 tahun lalu yang kini hanyalah sebuah danau yaitu Danau Toba, Sumatra Utara, Indonesia yang merupakan bekas kaldera terbesar di dunia.

Bukti Ilmiah

Pada tahun 1939, geolog Belanda Van Bemmelen melaporkan, Danau Toba, yang panjangnya 100 kilometer dan lebarnya 30 kilometer, dikelilingi oleh batu apung peninggalan dari letusan gunung. Karena itu, Van Bemmelen menyimpulkan, Toba adalah sebuah gunung berapi. Belakangan, beberapa peneliti lain menemukan debu rhyolit yang seusia dengan batuan Toba di Malaysia, bahkan juga sejauh 3.000 kilometer ke utara hingga India Tengah.


Beberapa ahli kelautan pun melaporkan telah menemukan jejak-jejak batuan Toba di Samudra Hindia dan Teluk Bengal. Para peneliti awal, Van Bemmelen juga Aldiss & Ghazali (1984) telah menduga Toba tercipta lewat sebuah letusan maha dahsyat. Namun peneliti lain, Vestappen (1961), Yokoyama dan Hehanusa (1981), serta Nishimura (1984), menduga kaldera itu tercipta lewat beberapa kali letusan. Peneliti lebih baru, Knight dan sejawatnya (1986) serta Chesner dan Rose (1991), memberikan perkiraan lebih detail: kaldera Toba tercipta lewat tiga letusan raksasa.

Penelitian seputar Toba belum berakhir hingga kini. Salah satu peneliti Toba angkatan terbaru itu adalah Fauzi dari Indonesia, seismolog pada Badan Meteorologi dan Geofisika. Sarjana fisika dari Universitas Indonesia lulusan 1985 ini berhasil meraih PhD dari Renssealer Polytechnic Institute, New York, pada 1998, untuk penelitiannya mengenai Toba.


Berada di tiga lempeng tektonik

Letak Gunung Toba (kini: Danau Toba), di Indonesia memang rawan bencana. Hal ini terkait dengan posisi Indonesia yang terletak di pertemuan tiga lempeng tektonik, yakni Aurasia, Indo-Australia dan Lempeng Pasifik. Sebanyak 80% dari wilayah Indonesia, terletak di lempeng Aurasia, yang meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Banda.

Lempeng benua ini hidup, Lempeng Indo-Australia misalnya menumbuk lempeng Aurasia sejauh 7 cm per tahun. Atau Lempeng Pasifik yang bergeser secara relatif terhadap lempeng Aurasia sejauh 11 cm per tahun. Dari pergeseran itu, muncullah rangkaian gunung, termasuk gunung berapi Toba. Jika ada tumbukan, lempeng lautan yang mengandung lapisan sedimen menyusup di bawahnya lempeng benua. Proses ini lantas dinamakan subduksi atau penyusupan.

Gunung hasil subduksi, salah satunya Gunung Toba. Meski sekarang tak lagi berbentuk gunung, sisa-sisa kedasahyatan letusannya masih tampak hingga saat ini. Bagian yang terlempar akibat letusan itu mencapai luas 100 km x 30 km persegi. Daerah yang tersisa kemudian membentuk kaldera. Di tengahnya kemudian muncul Pulau Samosir.

Letusan

Sebelumnya Gunung Toba pernah meletus tiga kali.
  • Letusan pertama terjadi sekitar 840 juta tahun lalu. Letusan ini menghasilkan kaldera di selatan Danau Toba, meliputi daerah Prapat dan Porsea.
  • Letusan kedua yang memiliki kekuatan lebih kecil, terjadi 500 juta tahun lalu. Letusan ini membentuk kaldera di utara Danau Toba. Tepatnya di daerah antara Silalahi dengan Haranggaol.
  • Dari dua letusan ini, letusan ketigalah yang paling dashyat. Letusan ketiga 74.000 tahun lalu menghasilkan kaldera, dan menjadi Danau Toba sekarang dengan Pulau Samosir di tengahnya.
Gunung Toba ini tergolong Supervolcano. Hal ini dikarenakan Gunung Toba memiliki kantong magma yang besar yang jika meletus kalderanya besar sekali. Volcano kalderanya ratusan meter, sedangkan Supervolacano itu puluhan kilometer.

Yang menarik adalah terjadinya anomali gravitasi di Toba. Menurut hukum gravitasi, antara satu tempat dengan lainnya akan memiliki gaya tarik bumi sama bila mempunyai massa, ketinggian dan kerelatifan yang sama. Jika ada materi yang lain berada di situ dengan massa berbeda, maka gaya tariknya berbeda. Bayangkan gunung meletus.
Banyak materi yang keluar, artinya kehilangan massa dan gaya tariknya berkurang. Lalu yang terjadi up-lifting (pengangkatan). Inilah yang menyebabkan munculnya Pulau Samosir.

Magma yang di bawah itu terus mendesak ke atas, pelan-pelan. Dia sudah tidak punya daya untuk meletus. Gerakan ini berusaha untuk menyesuaikan ke normal gravitasi. Ini terjadi dalam kurun waktu ribuan tahun. Hanya Samosir yang terangkat karena daerah itu yang terlemah. Sementara daerah lainnya merupakan dinding kaldera.

Gunung Tambora, Nusa Tenggara Barat, Indonesia


Gunung Tambora terletak di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, tepatnya pada 8°25' LS dan 118° BT. Gunung ini termasuk gunung berapi aktif, dengan ketinggian puncak 2.850 meter.

Letusan

Letusan terdahsyat sepanjang sejarah manusia modern.
Pada tanggal 10 April 1815, Gunung Tambora meletus, memuntahkan magma hingga 100 km³, melepaskan 400 km³ debu ke angkasa hingga 44 km dari permukaan tanah
Korban letusan langsung: 117.000 korban jiwa dari tiga Kerajaan, Tambora, Pekat dan Sanggar.
Lontaran abu sejauh 1300km.
Radius suara letusan: 2600km
Endapan aliran piroklastik: 7-20m
Tsunami sepanjang pantai sejauh 1200km, tinggi 1-4m, di Maluku Tsunami hingga 2m

Pada tahun 1816, akibat letusan tersebut, suhu permukaan bumi menurun menyebabkan pendinginan global. Tahun ini dikenal pula sebagai "Tahun tanpa musim panas". Perubahan cuaca yang drastis ini menyebabkan penyebaran wabah penyakit dan kelaparan akibat gagal panen di seluruh dunia. Letusan Gunung Tambora paling tidak berdaya empat kali lipat dari letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883.

Pada saat letusan terjadi, beberapa orang Belanda yang berada di Surabaya mencatat dalam buku hariannya mengaku mendengar letusan tersebut, juga beberapa orang di benua Australia bagian Barat Laut. Mereka mengira itu hanyalah suara gemuruh guntur karena tiba-tiba muncul awan mendung yang membuat redupnya sinar matahari. Namun mereka tidak yakin karena yang mereka yakini awan, ternyata adalah asap dan debu vulkanis.

Dan yang turun ke bumi bukanlah air melainkan debu dan kerikil kecil. Letusan Gunung Tambora merupakan letusan gunung terdahsyat sepanjang masa yang pernah tercatat.

Pada saat gunung Tambora meletus, daerah radius kurang lebih 600km dari gunung Tambora gelap gulita sepanjang hari hampir seminggu lamanya, letusan yg terdengar melebihi jarak 2000km dan suhu Bumi menurun hingga beberapa derajat yg mengakibatkan bumi menjadi dingin akibat sinar matahari terhalang debu vulkanis selama beberapa bulan. Sehingga daerah Eropa & Amerika Utara mengalami musim dingin yg panjang. Sedangkan Australia dan daerah Afrika Selatan turun salju di saat musim panas.

Bahkan di Eropa selama setahun lebih matahari tidak menyinari dengan maksimal, tertutup awan vulkanis dari gunung Tambora yang dikenal didunia dengan istilah "A Year Without Summer" yang menyebabkan ribuan manusia di Eropa kelaparan, kedinginan dan jatuh korban meninggal hingga 5000 orang lebih.

Kawah

Begitu dahsyatnya letusan Gunung Tambora dapat dilihat dari bekas/sisa pecahan puncak gunung tersebut pada saat ini yang berbentuk kaldera. Lebar kaldera dari hasil ledakan, berdiameter kurang lebih 8 kilometer dan mempunyai kedalaman kurang lebih 5,6 kilometer dari bibir kawah teratas. Sisa kawah kaldera pada Gunung Tambora pada saat ini merupakan kaldera paling besar yang masih aktif di dunia.

Super Vulcano tidak pernah diam, walaupun terlihat pasif dan tenang, di dalam Super Vulcano magma tetap aktif. Jadi suatu saat ke depan Super Vulcano pasti akan meletus lagi. Tapi walau letusannya maha dasyat, namun jarak letusannya ratusan ribu tahun lagi.

Pada saat lempeng vulkanik bergerak di salah satu sisinya (spt gempa di Aceh yg menghasilkan Tsunami) maka sisi-sisi yg lain akan terus mengikuti pergeseran tsb hingga lempeng itu stabil kembali. Itu sebabnya setelah gempa Aceh, disusul loeh gempa-gempa lainnya di seluruh lempeng.

Agar lempeng vulkanis stabil harus terjadi gempa, lamanya kuantitas gempa bisa puluhan tahun kedepan. Jadi juga jgn bingung kalo gempa-gempa akan terus menyusul beruntun utk beberapa puluh tahun kedepan. Setelah lempeng vulkanik stabil, intensitas gempa akan sangat berkurang.

Jadi tidak perlu mengait-ngaitkan antara gempa, tsunami dan lainnya dengan suatu kemusyrikan, kutukan ataupun pemimpinnya, karena peristiwa seperti itu sudah ada jauh sebelum manusia ada di bumi, dimana daratan atau benua hanya ada satu, Pangaea atau Pangea ; lalu mulai retak diantara lempeng dan saling menjauh dan kemudian menimbulkan gempa dan lainnya.

0 comments: